Seorang anak perempuan yatim diasuh oleh Abud Darda’ ‘Uwaimir
Al-Anshari . Hujaimah bintu Huyai Al-Washshabiyah rahimahallah namanya,
berasal dari Washshab, salah satu kabilah di Himyar.
Selama dalam asuhan Abud Darda’, Hujaimah kecil biasa diajak oleh
Abud Darda’ menghadiri shalat berjamaah di tengah shaf laki-laki dengan
mengenakan burnus, sejenis pakaian yang mempunyai penutup kepala, dan
duduk bersamanya di halaqah-halaqah para pembaca Al-Qur’an untuk
mempelajari Al-Qur’an. Ketika mulai beranjak besar, Abud Darda’ menyuruh
Hujaimah untuk bergabung dengan shaf para wanita.
Tumbuh dalam asuhan seorang sahabat yang mulia, dengan keutamaan
Allah, Hujaimah menjadi seorang wanita yang berilmu. Kemudian Abud
Darda’ meminang Hujaimah kepada keluarganya kemudian menikahinya.
Beralihlah nama Hujaimah dengan nama Ummud Darda’ Ash-Shughra.(1)
Dalam perjalanannya menempuh rumah tangga bersama Ummud Darda’ Ash-Shughra rahimahallah, Abud Darda’ pernah berpesan, “Bila
kau marah, aku membuatmu ridha kembali. Karena itu, bila aku marah
buatlah aku ridha. Kalau tidak demikian, betapa cepatnya kita akan
berpisah.”
Ummud Darda’ semakin banyak mengambil ilmu dari suaminya. Selain dari
Abud Darda’, Ummud Darda’ Ash-Shughra juga mengambil riwayat dari
Fadhalah bin ‘Ubaid Al-Anshari, Salman Al-Farisi, Ka’b bin ‘Ashim
Al-Asy’ari, Ummul Mukminin ‘Aisyah, Abu Hurairah, serta para sahabat
yang lain.
Menjelang Abud Darda’ wafat, Ummud Darda’ pernah mengatakan kepadanya, “Dulu
kau pinang diriku pada keluargaku di dunia, lalu mereka menikahkanku
denganmu. Sekarang kupinang engkau kepada dirimu untuk nanti di
akhirat.”
“Kalau begitu, jangan engkau menikah lagi sepeninggalku,”ujar Abud Darda’.
Ummud Darda’ benar-benar memenuhi permintaan Abud Darda’. Setelah
meninggalnya Abud Darda’, Mu’awiyah bin Abi Sufyan datang menyampaikan
pinangan. Saat itu Ummud Darda’ masih muda dan dikenal kecantikannya.
Ummud Darda’ menolak. “Tidak” katanya, “Aku tidak akan menikah lagi dengan seorang pun di dunia sampai aku menikah dengan Abud Darda’ di dalam surga, insya Allah.”
“Kalau demikian, hendaknya engkau memperbanyak puasa,”kata Mu’awiyah.
Ummud Darda’ rahimahallah dikenal dengan ilmu, amal, dan zuhudnya.
Sekian banyak orang yang mengambil ilmu dan riwayat darinya. Banyak
pujian yang menunjukkan kemuliaannya sebagai seorang faqih. Banyak pula
nasihat yang dia tinggalkan.
‘Abdur Rabbih bin Sulaiman bin ‘Umair bin Zaitunmengatakan, “Ummud
Darda’ pernah menuliskan untukku di lembaran catatanku tentang hikmah
yang diajarkannya kepadaku, ‘Pelajarilah hikmah semasa mudamu, niscaya
nanti akan kau amalkan di masa tuamu, karena setiap orang yang menanam
pasti kelak akan menuai hasilnya, baik berupa kebaikan ataupun
kejelekan’.”
Utsman bin Hayyan, maula Ummud Darda’ mengisahkan: Aku pernah mendengar Ummud Darda’ mengatakan, “Bagaimana
kiranya keadaan salah seorang di antara kalian yang mengatakan: ‘Ya
Allah, berilah aku rezeki’, sementara dia tahu bahwa Allah SWT tidaklah
menurunkan hujan dinar ataupun dirham dari langit. Namun Allah berikan
rezeki sebagian dari sebagian yang lain. Karena itu, barangsiapa yang
diberi, hendaknya menerima pemberian itu. Barangsiapa berkecukupan,
hendaknya memberi saudaranya yang memiliki kebutuhan. Dan jika dia
fakir, hendaknya meminta tolong kepadanya untuk memenuhi kebutuhannya,
dan janganlah dia menolak rezeki yang telah Allah berikan kepadanya’.”
Ummud Darda’ rahimahallah pernah pula memberikan nasihat,“Sungguh
berzikir kepada Allah itu adalah perkara yang paling besar. Kalau
engkau shalat, maka itu termasuk zikrullah. Kalau engkau puasa, maka itu
juga termasuk zikrullah. Segala kebaikan yang kaulakukan, itu pun
termasuk zikrullah. Setiap kejelekan yang kaujauhi, maka itu termasuk
zikrullah. Dan yang paling utama adalah bertasbih kepada Allah.”
‘Utsman bin Hayyan menceritakan pula, “Kami pernah makan bersama
Ummud Darda’, lalu kami lupa memuji Allah. Ummud Darda’ pun mengatakan,
‘Nak, jangan kalian lupa membumbui makanan kalian dengan zikrullah.
Makan disertai memuji Allah SWT itu lebih baik daripada makan sambil
diam saja .”
Ummud Darda’ rahimahallah sempat menunaikan ibadah haji pada tahun 81
H. Ummud Darda’ Ash-Shughra rahimahallah, sebuah permisalan kehidupan
seorang wanita yang sarat dengan kebaikan. Semoga Allah meridhainya…
Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman bintu ‘Imran)
Sumber : www.eramuslim.com
Siyar A’lamin Nubala’, Al-Imam Adz-Dzahabi (4/277-279)
Tahdzibul Kamal, Al-Imam Al-Mizzi (35/352-358)
1) Ummud Darda’ Ash-Shughra seorang tabi’iyah. Sebelum menikah dengan
Ummud Darda’ Ash-Shughra, Abud Darda’ pernah menikah dengan Khairah
bintu Abi Hadrad . Ummud Darda’ Al-Kubra ini seorang shahabiyah. Dia
bertemu dengan Rasulullah. Dialah yang memiliki kisah yang termuat dalam
Shahih Al-Bukhari no.1968. Dalam hadits itu dikisahkan bahwa Salman
Al-Farisi yang dipersaudarakan dengan Abud Darda’ oleh Nabi melihat
Ummud Darda’ berpakaian lusuh dan usang. Ummud Darda’ pun mengatakan
bahwa Abud Darda’ tidak membutuhkan dunia. Maka Salman pun mengajarkan
pada Abud Darda’ untuk menunaikan hak setiap yang memiliki hak, dan hal
ini dibenarkan oleh Nabi.
-Aisyah M Yusuf-